Jumat, 25 Maret 2011

'Freedom West Papua' di Riau

Saya, Aang Ananda Suherman, dan Made Ali ada di bandara Sultan Syarif Kasim II Minggu pagi (20/3). Kami menanti kedatangan tamu dari Aliansi Mahasiswa Papua. Tepat pukul 09.00 dari jalur kedatangan, muncul seorang gadis bersepatu sport putih, bercelana jeans biru, berbaju putih dibalut jaket biru dongker bergaris merah kuning hijau di lengannya. Rambutnya keriting sepinggang yang dipelintir, kulitnya hitam. Ia menyandang tas ransel abu-abu serta menjinjing tas laptop ungu. Kami langsung berjabat tangan. Ia senyum. Deretan gigi putihnya kelihatan. “Heni Lani,” katanya memperkenalkan diri. Nada bicaranya tegas. “Suasana di Pekanbaru hampir sama dengan Jayapura, agak panas,” ujarnya sembari kami beranjak pergi meninggalkan bandara.
Kami bercerita sepanjang perjalanan dari bandara ke Sekretariat Bahana Mahasiswa Universitas Riau. Heni Lani berasal dari Wamena, Papua. Lani nama sukunya. Kini ia kuliah di Sekolah Tinggi Hukum Bandung (STHB) semester enam. Heni datang ke Pekanbaru atas nama Aliansi Mahasiswa Papua (AMP), sebuah organisasi pro kemerdekaan terdiri dari mahasiswa Papua di Pulau Jawa-Bali. Tak hanya Heni, beberapa anggota AMP hari itu serentak berkunjung ke berbagai daerah di Indonesia. Semarang, Bali, Yogyakarta, Flores, Kupang. Heni bilang, ini pengalaman pertama AMP diskusi soal Papua di luar Pulau Jawa. Heni sendiri baru pertama kali ke Pekanbaru. “Tak ada teman di sini,” akunya.